cara menghitung akumulasi penyusutan
ProcurementDiposting: 9 November 2024 | Diperbarui: 9 November 2024
2120

Dalam akuntansi keuangan, penyusutan adalah proses yang menggambarkan pengurangan nilai suatu aset seiring berjalannya waktu. Pengurangan yang terjadi biasanya disebabkan oleh penggunaan, keausan, atau faktor lainnya yang dapat memengaruhi kinerja aset.

Untuk lebih detailnya, mari simak penjelasan tentang definisi, karakteristik, serta cara menghitung akumulasi penyusutan dan faktor-faktor yang memengaruhi penyusutan tersebut di  artikel ini! 

Apa itu Akumulasi Penyusutan?

Akumulasi penyusutan atau depresiasi adalah proses akumulasi biaya yang dialokasikan untuk aset tetap dalam periode tertentu. Aset tetap tersebut mencakup berbagai bentuk investasi perusahaan, seperti gedung pabrik, mesin produksi, kendaraan, dan peralatan lainnya. 

Dalam laporan keuangan, penyusutan memiliki pengaruh yang besar terhadap nilai buku perusahaan. Setiap tahunnya, beban penyusutan yang dialokasikan akan mengurangi laba bersih perusahaan. 

Oleh karena itu, menghitung akumulasi penyusutan dengan tepat akan membantu manajer dalam mengambil keputusan yang lebih baik terkait aset tetap perusahaan.

Karakteristik Depresiasi

Sebelum membahas lebih dalam mengenai cara menghitung akumulasi penyusutan, Anda perlu memahami karakteristik dari depresiasi itu sendiri. Berikut adalah beberapa karakteristik dari depresiasi:

  • Penurunan Nilai Permanen: Depresiasi merupakan penurunan nilai aset yang bersifat permanen dan tidak bisa dikembalikan ke nilai asal.
  • Proses Bertahap: Penyusutan terjadi secara bertahap dan berkesinambungan, baik karena penggunaan aset maupun karena berlalunya waktu.
  • Pengalokasian Biaya: Penyusutan bukan untuk menilai aset, tapi untuk membagi biaya penggunaannya selama masa pakainya. Dengan begitu, perusahaan bisa melihat kinerja aset secara bertahap dan membuat laporan keuangan yang lebih stabil.
  • Mengurangi Nilai Buku: Penyusutan mengurangi nilai buku aset, bukan nilai pasar.  Nilai buku adalah harga awal aset setelah dikurangi penyusutan, sedangkan nilai pasar adalah harga jual aset yang bisa berubah-ubah tergantung kondisi pasar.
  • Aset Berwujud Saja: Depresiasi hanya berlaku untuk aset tetap yang berwujud, seperti gedung dan peralatan. Aset tidak berwujud, seperti hak paten atau merek dagang memiliki metode penyusutan yang berbeda.

Baca juga:  Jenis Laporan Keuangan Perusahaan

Cara Menghitung Akumulasi Penyusutan

Ada beberapa metode yang umum digunakan untuk menghitung penyusutan, antara lain metode garis lurus, metode beban menurun, dan metode aktivitas. Berikut penjelasan untuk masing-masing metode dan contohnya:

1. Metode Garis Lurus (Straight-Line Method)

Metode garis lurus adalah cara paling sederhana dan umum digunakan dalam menghitung penyusutan. Berikut adalah rumus akumulasi penyusutan menggunakan metode garis lurus:

Penyusutan = (Biaya Perolehan – Nilai Residu) / Masa Manfaat

Misalkan, sebuah perusahaan membeli komputer seharga Rp15.000.000. Komputer ini diperkirakan memiliki masa manfaat selama 5 tahun dengan nilai residu Rp3.000.000. Maka, penyusutan tahunan dapat dihitung sebagai berikut:

Penyusutan = (Biaya Perolehan – Nilai Residu) / Masa Manfaat

= (Rp15.000.000 – Rp3.000.000) / 5

= Rp12.000.000 / 5

= Rp2.400.000

Dengan menggunakan metode ini, perusahaan akan mencatat beban penyusutan sebesar Rp2.400.000 setiap tahun selama lima tahun ke depan. Berikut adalah perhitungan nilai bukunya setiap tahun:

TahunNilai AwalPenyusutanNilai Buku Akhir
1Rp15.000.000Rp2.400.000Rp12.600.000
2Rp12.600.000Rp2.400.000Rp10.200.000
3Rp10.200.000Rp2.400.000Rp7.800.000
4Rp7.800.000Rp2.400.000Rp5.400.000
5Rp5.400.000Rp2.400.000Rp3.000.000

Jadi, setelah 5 tahun, nilai buku komputer tersebut akan berkurang dari Rp15.000.000 menjadi Rp3.000.000 sesuai dengan perhitungan penyusutan tahunan sebesar Rp2.400.000.

2. Metode Beban Menurun (Decreasing Charge Method)

Metode beban menurun adalah metode yang mengalokasikan biaya penyusutan lebih tinggi di awal masa manfaat aset. Ada dua metode yang digunakan dalam beban menurun, yaitu metode jumlah angka tahun dan metode saldo menurun.

a. Metode Jumlah Angka Tahun

Metode ini menghitung penyusutan berdasarkan jumlah tahun yang tersisa selama masa manfaat aset. 

Contoh, sebuah perusahaan membeli komputer seharga Rp15.000.000 dan komputer tersebut diperkirakan memiliki masa manfaat selama 5 tahun dengan nilai residu Rp3.000.000. Total angka tahun untuk aset dengan umur 5 tahun adalah 5 + 4 + 3 + 2 + 1 = 15, maka:

TahunHarga Perolehan (Rp)Pecahan PenyusutanBeban Penyusutan (Rp)Akumulasi Penyusutan (Rp)Nilai Buku Akhir Tahun (Rp)
1Rp15.000.0005/15Rp5.000.000Rp5.000.000Rp10.000.000
2Rp15.000.0004/15Rp4.000.000Rp9.000.000Rp6.000.000
3Rp15.000.0003/15Rp3.000.000Rp12.000.000Rp3.000.000
4Rp15.000.0002/15Rp2.000.000Rp14.000.000Rp1.000.000
5Rp15.000.0001/15Rp1.000.000Rp15.000.000Rp0

Jadi, aset komputer tersebut mengalami penyusutan total sebesar Rp15.000.000 selama 5 tahun masa manfaatnya. Beban penyusutan tertinggi terjadi di awal tahun pertama sebesar Rp5.000.000 dan menurun setiap tahun hingga tahun kelima mencapai Rp1.000.000. Pada akhir tahun kelima, nilai buku komputer mencapai Rp0.

b. Metode Saldo Menurun

Pada metode ini, penyusutan dihitung berdasarkan nilai buku awal tahun dan tarif penyusutan yang tetap. Misalkan tarif penyusutan adalah 40%, maka:

TahunHarga Perolehan (Rp)Nilai Buku Awal (Rp)TarifPenyusutan (Rp)Akumulasi Penyusutan (Rp)Nilai Buku Akhir (Rp)
1Rp15.000.000Rp15.000.00040%Rp6.000.000Rp6.000.000Rp9.000.000
2Rp15.000.000Rp9.000.00040%Rp3.600.000Rp9.600.000Rp5.400.000
3Rp15.000.000Rp5.400.00040%Rp2.160.000Rp11.760.000Rp3.240.000
4Rp15.000.000Rp3.240.00040%Rp1.296.000Rp13.056.000Rp1.944.000
5Rp15.000.000Rp1.944.00040%Rp777.600Rp13.833.600Rp1.166.400

Dengan tarif penyusutan 40% per tahun, nilai buku komputer terus menurun dari Rp15.000.000 menjadi Rp1.166.400 pada akhir tahun kelima. Beban penyusutan terbesar terjadi di tahun pertama sebesar Rp6.000.000 dan menurun setiap tahun hingga Rp777.600 di tahun kelima. Akumulasi penyusutan mencapai Rp13.833.600 setelah 5 tahun. 

Baca juga: Inilah Cara Meningkatkan Keuntungan Perusahaan!

c. Metode Aktivitas (Unit of Production Method)

Metode aktivitas berfokus pada penggunaan aset, di mana penyusutan dihitung berdasarkan jumlah unit yang dihasilkan atau digunakan oleh aset tersebut. 

Misalnya, sebuah komputer dibeli seharga Rp15.000.000 dan diperkirakan memiliki masa manfaat selama 5 tahun. Nilai residunya adalah sebesar Rp3.000.000 dan diperkirakan bisa memproduksi 100.000 dokumen selama masa manfaatnya.

Jika pada tahun pertama komputer memproduksi 30.000 dokumen, maka penyusutannya dihitung menggunakan rumus berikut:

Penyusutan = (Biaya Perolehan – Nilai Residu) / Total Unit yang Dapat Diproduksi × Unit yang Diproduksi

Pertama, mari hitung penyusutan per dokumen:

Penyusutan per dokumen = (Rp15.000.000 – Rp3.000.000) / 100.000 

= Rp120

Maka, berikut adalah tabel penyusutan setiap tahun komputer tersebut berdasarkan jumlah unit yang diproduksi:

TahunUnit DiproduksiPenyusutan (Rp)
130.00030.000 x Rp120 = Rp3.600.000
220.00020.000 x Rp120 = Rp2.400.000
350.00050.000 x Rp120 = Rp6.000.000
40Rp0
50Rp0

Jadi, selama lima tahun, total penyusutan komputer tersebut mencapai Rp12.000.000. Beban penyusutan terbesar terjadi di tahun ketiga, yaitu Rp6.000.000 untuk 50.000 unit. Di tahun keempat dan kelima tidak ada penyusutan karena tidak ada produksi.

Faktor yang Memengaruhi Penyusutan

Berdasarkan cara menghitung akumulasi penyusutan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi hasil penyusutan adalah:

  • Biaya Perolehan: Semakin tinggi biaya perolehan aset, semakin besar penyusutan yang akan terjadi.
  • Masa Manfaat: Aset dengan masa manfaat yang lebih panjang akan memiliki beban penyusutan yang lebih rendah per tahun dibandingkan dengan aset yang lebih cepat usang.
  • Nilai Residu: Setelah masa manfaat berakhir, aset biasanya masih memiliki nilai residu. Nilai residu adalah jumlah yang dapat diperoleh jika aset dijual setelah digunakan.
  • Metode Penyusutan: Pemilihan metode penyusutan juga akan memengaruhi jumlah akumulasi penyusutan.
  • Kondisi dan Penggunaan Aset: Intensitas penggunaan dan kondisi fisik aset juga dapat memengaruhi kecepatan depresiasi. Aset yang sering digunakan akan menyusut lebih cepat dibandingkan yang jarang digunakan.

Itulah penjelasan mengenai cara menghitung akumulasi penyusutan yang perlu Anda ketahui. Sebagai kesimpulan, seiring waktu, nilai aset tetap memang akan menurun dan dapat berpengaruh negatif terhadap laporan keuangan perusahaan apabila tidak dikelola dengan baik. 

Oleh karena itu, perusahaan perlu lebih bijak lagi dalam membeli aset, terutama untuk aset yang nilainya bisa menyusut sangat cepat, seperti laptop.

Dalam hal ini, Asani hadir sebagai solusi cerdas bagi perusahaan Anda. Dengan menggunakan jasa sewa laptop dari Asani, Anda bisa menghindari kerugian akibat penyusutan aset yang cepat, serta mendapat fleksibilitas untuk memilih perangkat terbaru yang bisa menunjang produktivitas karyawan Anda.

Selain itu, Asani kini menyediakan aplikasi MyAsani yang memudahkan Anda untuk mengelola aset sewaan secara praktis dan efektif. 

Yuk, segera cek katalog sewa Asani dan temukan pilihan laptop yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan Anda! Setelah memilih laptop yang ingin disewa, Anda bisa langsung meminta penawaran melalui WhatsApp atau kirim email ke cs@asani.co.id!

Baca juga: 5 Cara Menjaga Aset Perusahaan untuk Optimalkan Keuntungan

Share

Post comment

Product Enquiry