
Dalam pembukuan akuntansi keuangan, perusahaan perlu menyusun jurnal penyesuaian persediaan barang dagang. Jurnal ini disusun untuk melaporkan aktivitas bisnis yang telah dilakukan tetapi belum tercatat.
Melalui jurnal ini pula, perusahaan bisa menyusun bagaimana pendapatan dan pengeluaran ke dalam laporan laba rugi serta mengetahui nominal aset dan kewajiban yang perlu dituliskan dalam laporan neraca. Untuk mengetahui cara membuat jurnal penyesuaian persediaan barang dagang, simak artikel ini hingga akhir!
Apa itu Jurnal Penyesuaian Persediaan Barang Dagang?
Jurnal penyesuaian persediaan barang dagang adalah laporan total persediaan yang telah disesuaikan dengan cara mencocokkan informasi dalam catatan akuntansi serta jumlah aktual di gudang.
Lebih lanjut, jurnal penyesuaian persedian barang dagang disusun untuk melaporkan peningkatan maupun penurunan jumlah inventaris akibat adanya penjualan, kerusakan produk, kehilangan, pemborosan, penggunaan secara internal, hingga pencurian. Dalam jurnal penyesuaian barang dagang, akuntan biasanya merinci apa saja produk yang hilang serta harganya.
Umumnya, jurnal penyesuaian ini tepatnya disusun untuk melaporkan kegiatan keuangan yang sudah terjadi namun belum sempat dicatatkan. Hal tersebut bisa disebabkan akuntan memilih melakukannya di akhir periode atau karena sumber dokumen dari aktivitas tersebut belum tersedia sehingga laporan tidak bisa dibuat pada saat itu.
Tujuan Utama Jurnal Penyesuaian Persediaan
Jurnal penyesuaian persediaan memiliki tujuan utama untuk membuat pendapatan dan pengeluaran dalam laporan laba rugi serta aset dan kewajiban dalam laporan neraca dilaporkan dengan nilai yang sesungguhnya. Dengan kata lain, setiap jurnal penyesuaian akan mempengaruhi dua laporan keuangan utama: laporan laba rugi dan laporan neraca.
Jurnal penyesuaian untuk persediaan terbagi ke dalam dua kategori utama pencatatan:
- Pencatatan secara akrual (accrual basis)
- Transaksi yang ditangguhkan (yang ditunda sementara)
Untuk perusahaan dagang, persediaan barang termasuk ke dalam kategori biaya dibayar di muka karena sejatinya perusahaan membeli persediaan sebelum digunakan (dijual). Akibatnya, dalam sistem pencatatan perpetual, ketika terjadi transaksi pembelian persediaan, perusahaan mencatatnya sebagai aset dan mencatat biaya (harga pokok penjualan) ketika terjadi penjualan.
Fungsi Jurnal Penyesuaian Persediaan Barang Dagang
Jurnal penyesuaian persediaan barang dagang dibuat agar perusahaan memahami bagaimana perubahan yang belum dicantumkan pada pembukuan. Lebih lanjut, berikut adalah fungsi jurnal penyesuaian persediaan barang dagang:
- Menjaga keakuratan harga produk.
- Memastikan biaya barang tidak berubah karena adanya kesalahan perhitungan stok.
- Memungkinkan perusahaan mengetahui keuntungan kotor dan bersih.
- Membantu membuat laporan laba rugi dengan menghitung pendapatan serta beban secara akurat.
- Menyusun laporan neraca untuk menyampaikan aset dengan tepat.
Selain itu, jurnal penyesuaian persediaan sangat penting dalam proses stock opname di akhir bulan. Perusahaan melakukan stock opname untuk mengetahui nilai sesungguhnya dari persediaan akhir yang kemudian akan dicocokkan dengan nilai persediaan akhir pada laporan. Jika terjadi ketidakcocokan, maka peran jurnal penyesuaian akan bekerja untuk menyesuaikan nilai tersebut.
Baca juga: Contoh Laporan Perubahan Modal serta Rumus & Cara Membuat
Cara Membuat Jurnal Penyesuaian Persediaan Barang Dagang
Jurnal penyesuain persediaan barang dagang dapat dibuat dengan dua metode, yaitu perpetual atau periodik. Untuk mengetahui perbedaan cara membuatnya, simak penjelasan dan contoh berikut ini.
1. Menggunakan Metode Perpetual
Ketika menggunakan metode perpetual, jurnal penyesuaian ini baru dilakukan jika akuntan menemukan perbedaan jumlah persediaan saat stock opname dengan yang tercantum dalam neraca saldo.
Dalam metode perpetual , perusahaan terus memperbarui catatan persediaan setiap kali terjadi transaksi. Pencatatan dilakukan secara real-time, memberikan gambaran akurat tentang persediaan yang tersedia. Ini berbeda dengan metode periodik yang hanya mencatat persediaan pada periode tertentu.
Misalnya, pada neraca saldo perusahaan Q yang belum melalui proses penyesuaian, nominal dalam akun persediaan akhirnya adalah Rp4.000.000. Sementara itu, nilai harga pokok penjualan yang tercantum pada neraca tersebut adalah sebesar Rp100.000.000. Setelah dilakukan stock opname, persediaan akhir yang sebenarnya menjadi Rp3.500.000.
Karena adanya perbedaan, nominal tersebut harus disesuaikan dalam jurnal penyesuaian untuk menyatakan bahwa terdapat penurunan nilai persediaan akhir. Kira-kira, contoh jurnal persediaan barang dagang dengan menggunakan metode perpetual di perusahaan Q adalah sebagai berikut:
Nominal Penyesuaian = Persediaan akhir pada neraca saldo – Persediaan akhir setelah stock opname = Rp4.000.000 – Rp.3.500.000 = Rp500.000
Akun Penyesuaian Persediaan Barang Dagang | Debit | Kredit |
Harga Pokok Penjualan | Rp500.000 | |
Persediaan Barang Dagang | Rp500.000 |
Perlu dipahami, kejadian penurunan nilai persediaan akhir adalah perbedaan yang paling sering terjadi. Sementara itu, kenaikan nilai pada hasil stock opname merupakan kasus yang jarang terjadi. Walaupun demikian, jika hal ini dialami perusahaan Anda, gunakanlah jurnal pembalik untuk melakukan penyesuaian.
Caranya adalah dengan meletakkan akun persediaan di debit sedangkan harga pokok penjualan dicantumkan pada nominal kredit. Contohnya adalah sebagai berikut:
Akun Pembalik | Debit | Kredit |
Persediaan Barang Dagang | Rp500.000 | |
Harga Pokok Penjualan | Rp500.000 |
Kelebihan dan Kekurangan Metode Perpetual
Metode perpetual memiliki beberapa kelebihan, di antaranya:
- Memberikan informasi persediaan yang akurat dan real-time
- Memudahkan identifikasi kerugian atau kehilangan barang
- Membantu pengambilan keputusan yang lebih cepat terkait persediaan
Namun, metode ini juga memiliki kekurangan:
- Membutuhkan sistem yang lebih kompleks
- Biaya implementasi dan pemeliharaan lebih tinggi
- Memerlukan ketelitian dalam setiap pencatatan transaksi
Baca juga: 5 Contoh Laporan Aset Perusahaan, Fungsi, & Cara Membuatnya
2. Menggunakan Metode Periodik
Sementara itu, dalam penggunaan metode periodik, perusahaan tidak langsung mencantumkan transaksi pembelian maupun penjualannya ke akun persediaan. Namun, akuntan akan mencatatkan saldo akhir pada periode sebelumnya, bukan mencantumkan nominal dari periode yang sedang berlangsung, serta belum menuliskan jumlah HPP di periode sekarang.
Sebagai catatan, perusahaan hanya menghitung secara fisik untuk mengetahui persediaan yang perlu disesuaikan. Lalu, untuk menentukan harga pokok penjualan, Anda perlu mengetahui nominal persediaan awal, pembelian bersih selama periode ini, dan persediaan akhir. Contohnya, neraca saldo yang belum disesuaikan pada perusahaan Q adalah sebagai berikut:
Akun Neraca Saldo | Debit | Kredit |
Persediaan Awal | Rp20.000.000 | |
Pembelian | Rp150.000.000 | |
Diskon | Rp500.000 | |
Retur | Rp900.000 | |
Biaya Angkut | Rp1.000.000 |
Di akhir periode akuntansi, akuntan perlu menyesuaikan nominalnya dengan jurnal penyesuaian. Hal ini dilakukan agar perusahaan bisa menutup akun pembelian dan memasukkannya ke dalam persediaan guna mencerminkan bagaimana transaksi persediaan pada periode tersebut. Adapun jurnal penyesuaian awalnya menjadi seperti berikut:
Akun Penyesuaian | Debit | Kredit |
Persediaan | Rp150.000.000 | |
Diskon | Rp500.000 | |
Retur | Rp900.000 | |
Pembelian | Rp150.000.000 | |
Biaya Angkut | Rp1.000.000 |
Setelah melakukan stock opname di akhir bulan, nilai persediaan akhirnya menjadi Rp30.000.000. Dengan begitu, harga pokok penjualan di perusahaan Q adalah sebagai berikut:
Harga Pokok Penjualan = Persediaan awal + Persediaan tersedia – Persediaan akhir = Rp20.000.000 + Rp150.000.000 – Rp30.000.000 = Rp 140.000.000
Setelah mengetahui harga pokok penjualan, akuntan bisa membuat jurnal penyesuaiannya. Berikut ini adalah contoh jurnal penyesuaian persediaan barang dagang dengan menggunakan metode periodik:
Akun Penyesuaian Persediaan Barang Dagang | Debit | Kredit |
Harga Pokok Penjualan | Rp140.000.000 | |
Persediaan Barang Dagang | Rp140.000.000 |
Kelebihan dan Kekurangan Metode Periodik
Metode periodik juga memiliki kelebihan tersendiri:
- Lebih sederhana dan mudah diimplementasikan
- Biaya implementasi lebih rendah
- Cocok untuk bisnis dengan tingkat transaksi yang rendah
Namun, metode ini juga memiliki keterbatasan:
- Tidak memberikan informasi real-time tentang persediaan
- Sulit untuk mengidentifikasi kerugian atau kehilangan barang secara cepat
- Membutuhkan proses stock opname yang lebih intensif
Perbedaan Utama Metode Perpetual dan Periodik
Agar lebih jelas, berikut perbedaan utama antara metode perpetual dan periodik:
Aspek | Metode Perpetual | Metode Periodik |
Frekuensi Pembaruan | Secara terus-menerus setiap transaksi | Hanya pada akhir periode |
Catatan Persediaan | Diperbarui secara langsung | Hanya awal dan akhir periode |
Akurasi Informasi | Real-time dan akurat | Mungkin tidak akurat selama periode |
Identifikasi Kerugian | Mudah dan cepat | Sulit teridentifikasi |
Kompleksitas | Lebih kompleks | Lebih sederhana |
Baca juga: Mengenal 5 Jenis Opini Audit Laporan Keuangan dan Tahapannya
Kesalahan yang Mungkin Terjadi saat Membuat Jurnal Penyesuain Persediaan Barang Dagang
Setelah mengetahui cara membuatnya, Anda bisa mulai menyusun jurnal penyesuaian persediaan barang dagang. Namun, ketika membuat jurnal ini, akuntan sebaiknya memperhatikan beberapa detail yang sering salah dalam perhitungannya. Berikut ini adalah beberapa kesalahan yang perlu diperhatikan:
- Keliru ketika menghitung jumlah persediaan awal.
- Tidak mencantumkan nominal transaksi penjualan secara akurat.
- Salah dalam menghitung biaya tambahannya.
- Tidak menghitung potongan harga.
- Salah memiliki metode untuk menilai persediaan.
- Tidak melakukan stock opname secara akurat.
- Melakukan kesalahan dalam penempatan akun debit dan kredit.
Hubungan Jurnal Penyesuaian Persediaan dengan Laporan Keuangan
Jurnal penyesuaian persediaan memiliki pengaruh signifikan terhadap laporan keuangan perusahaan. Berikut adalah pengaruhnya terhadap komponen laporan keuangan:
1. Pengaruh terhadap Laporan Laba Rugi
Penyesuaian persediaan barang dagang secara langsung mempengaruhi perhitungan Harga Pokok Penjualan (HPP), yang merupakan komponen penting dalam laporan laba rugi. Perubahan pada HPP akan mempengaruhi laba kotor dan pada akhirnya laba bersih perusahaan.
2. Pengaruh terhadap Laporan Neraca
Persediaan merupakan bagian dari aset lancar dalam laporan neraca. Penyesuaian nilai persediaan akan langsung mempengaruhi jumlah aset perusahaan, yang pada akhirnya berdampak pada rasio keuangan seperti rasio lancar ( current ratio ).
3. Pengaruh terhadap Arus Kas
Meskipun tidak langsung mempengaruhi laporan arus kas, penyesuaian persediaan dapat berdampak pada keputusan operasional yang berkaitan dengan pembelian dan penjualan, yang pada akhirnya mempengaruhi arus kas operasional perusahaan.
Kesimpulan
Sekian penjelasan mengenai cara membuat jurnal penyesuaian persediaan barang dagang. Seperti yang telah dijelaskan di atas, pembuatan jurnal ini dapat membantu melaporkan keuangan perusahaan dengan lebih baik. Sehingga, perusahaan pun dapat menghindari sekaligus mengidentifikasi masalah keuangan secara optimal. Jadi, kondisi finansial perusahaan akan semakin terjaga.
Kesimpulannya, metode perpetual hanya membutuhkan satu jurnal penyesuaian pada akhir periode dengan membandingkan nilai persediaan akhir pada neraca saldo yang belum disesuaikan dengan hasil stock opname . Sedangkan metode periodik membutuhkan dua jurnal penyesuaian: pertama untuk menutup akun pembelian ke akun persediaan, dan kedua untuk mencatat perbedaan antara nilai persediaan awal dan akhir.
Baik menggunakan metode perpetual atau periodik, jurnal penyesuaian persediaan barang dagang memiliki fungsi penting untuk mendapatkan nilai sesungguhnya dari akun persediaan, yang pada akhirnya akan mempengaruhi keakuratan laporan keuangan secara keseluruhan.
Selain itu, untuk membuat kondisi finansial perusahaan lebih baik, Anda juga perlu memperhatikan pengeluaran biaya kegiatan operasional di perusahaan. Misalnya, dalam penyediaan perangkat IT untuk karyawan, perusahaan lebih baik menyewa perangkat yang dibutuhkan alih-alih membelinya.
Sebab, modal yang dikeluarkan lebih kecil ketika perusahaan menyewa dibandingkan membeli perangkat yang baru. Selain itu, daripada membeli perangkat IT, penggunaan jasa sewa memungkinkan perusahaan menggunakan perangkat terbaru dan melakukan upgrade terkini sesuai kebutuhan di setiap masa rentalnya.
Dalam hal ini, Anda pun bisa mengandalkan Asani sebagai vendor penyewaan perangkat. Asani adalah perusahaan jasa sewa perangkat IT, seperti laptop dan komputer, yang menawarkan produk berkualitas yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan, termasuk lama pemakaian hingga jumlahnya. Apabila tertarik, langsung saja cek katalog sewa Asani dan minta penawaran via WhatsApp atau kirim email ke cs@asani.co.id.
Lalu, tersedia pula fasilitas IT asset management bernama MyAsani yang dapat membantu dalam mengelola aset perusahaan. Tepatnya, aplikasi ini mampu mempermudah pengelolaan perusahaan, data pengguna, hingga aset. Bahkan, fasilitas ini bisa menjadi pusat resolusi untuk melaporkan kerusakan unit dan memantau proses perbaikan aset.
Berkat semua kemudahan ini, pengelolaan data aset hanya perlu dilakukan dalam satu aplikasi saja sehingga inventarisasi aset lebih terpusat serta mudah dilakukan. MyAsani pun dilengkapi layanan sistem helpdesk support yang bisa membantu menyelesaikan bermacam-macam masalah IT melalui konsultasi gratis.
Jadi, yuk mulai sewa perangkat IT di Asani sekarang dan rasakan kemudahannya!
Baca juga: Inilah Jenis-Jenis Laporan Keuangan di Perusahaan!