Penyusutan aset tetap adalah proses yang tak terhindarkan dalam dunia bisnis. Nilai setiap aset perusahaan, seperti gedung, mesin, perangkat elektronik, atau kendaraan akan terus berkurang seiring waktu. Oleh karena itu, memahami konsep penyusutan dan cara mencatatnya dalam jurnal akuntansi adalah kunci untuk menjaga kesehatan finansial perusahaan.
Nah, di artikel ini akan dibahas mengenai apa itu metode penyusutan aset tetap, mulai dari jenis-jenis, faktor-faktor yang memengaruhi penyusutan, serta metode penyusutan aset tetap, lengkap dengan contoh perhitungan masing-masing metode. Yuk, baca sampai akhir untuk penjelasan lengkapnya!
Apa itu Penyusutan Aset Tetap?
Penyusutan aset tetap adalah alokasi biaya perolehan aset ke dalam periode tertentu selama masa manfaat aset tersebut. Aset tetap mengalami penurunan nilai karena berbagai faktor, seperti keausan, keusangan, dan penggunaan.
Proses penyusutan memungkinkan perusahaan untuk mencatat biaya yang berhubungan dengan penggunaan aset tetap secara bertahap, bukannya sekaligus pada saat aset dibeli. Dengan demikian, penyusutan memberikan gambaran yang lebih realistis tentang nilai aset dan laba perusahaan dari waktu ke waktu.
Jenis-Jenis Aset yang Dicatat dalam Jurnal Penyusutan
Aset tetap yang mengalami penyusutan adalah aset-aset berwujud yang digunakan dalam kegiatan operasional perusahaan dan memiliki masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Beberapa contoh aset yang dicatat dalam jurnal penyusutan adalah:
- Gedung: Bangunan yang digunakan untuk operasional bisnis, seperti pabrik, kantor, atau gudang.
- Kendaraan: Mobil, truk, atau kendaraan lain yang digunakan untuk distribusi atau transportasi dalam kegiatan perusahaan.
- Mesin: Alat-alat produksi yang digunakan untuk menghasilkan barang atau jasa.
- Peralatan Kantor: Komputer, printer, dan perangkat elektronik lainnya yang digunakan dalam pekerjaan sehari-hari.
Baca juga: Akuntansi Keuangan – Komponen dan Fungsinya di Perusahaan
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Penyusutan Aset Tetap
Ada beberapa faktor yang memengaruhi besar kecilnya nilai penyusutan suatu aset tetap, di antaranya yaitu:
1. Harga Perolehan (Acquisition Cost)
Harga perolehan adalah jumlah yang dibayarkan oleh perusahaan untuk memperoleh aset tetap, mencakup biaya pembelian, pengiriman, pemasangan, dan biaya lainnya yang diperlukan hingga aset siap digunakan. Harga perolehan ini menjadi dasar dalam menghitung penyusutan aset selama masa manfaatnya.
2. Nilai Residu (Salvage Value)
Nilai residu adalah perkiraan nilai aset pada akhir masa manfaatnya setelah dikurangi biaya penyusutan. Tidak semua aset memiliki nilai residu yang besar, terutama jika aset tersebut sudah lama digunakan atau tidak lagi berfungsi.
3. Umur Ekonomis (Economical Life Time)
Umur ekonomis adalah periode di mana aset diharapkan memberi manfaat ekonomi bagi perusahaan. Umur ini tidak selalu sesuai dengan umur fisik aset karena beberapa aset mungkin masih berfungsi tetapi sudah tidak sesuai dengan kebutuhan bisnis. Dalam menghitung penyusutan, umur ekonomis ini dijadikan acuan untuk menentukan jumlah beban depresiasi per periode.
Metode Penyusutan Aset Tetap
Ada beberapa metode penyusutan aset tetap yang umum digunakan dalam akuntansi. Setiap metode memiliki cara perhitungan yang berbeda, tergantung pada karakteristik aset dan kebijakan perusahaan. Berikut adalah beberapa metode dan cara menghitung penyusutan aset tetapnya:
1. Metode Garis Lurus (Straight Line Method)
Metode penyusutan aset tetap ini adalah yang paling sederhana dan banyak digunakan. Dalam metode ini, beban penyusutan tahunan selalu sama sepanjang umur ekonomis aset.
Contoh kasus: Sebuah aset dibeli seharga Rp100.000.000 dengan nilai residu Rp10.000.000 dan memiliki umur ekonomis selama 5 tahun.
Maka:
Beban Penyusutan = (Harga Perolehan – Nilai Residu) / Umur Ekonomis
= (Rp100.000.000 – Rp10.000.000) / 5
= Rp90.000.000 / 5
= Rp18.000.000
Jadi, beban penyusutan aset tersebut jika dihitung menggunakan metode garis lurus adalah Rp18.000.000 per tahun.
2. Metode Saldo Menurun Ganda (Double Declining Balance Method)
Metode penyusutan saldo menurun menghitung penurunan nilai aset setiap tahun dengan menggunakan persentase tetap. Namun, karena nilai barang tersebut terus menurun, jumlah yang disusutkan juga semakin kecil setiap tahunnya.
Artinya, di tahun pertama, penyusutan dihitung dari nilai barang yang masih tinggi sehingga jumlah penyusutannya besar. Di tahun-tahun berikutnya, nilai barang sudah berkurang, jadi penyusutannya lebih kecil.
Contoh kasus: Sebuah aset dibeli dengan harga Rp100.000.000, nilai residu Rp10.000.000, dan umur ekonomis 5 tahun.
Maka:
Persentase Penyusutan = 40% (2/5 tahun)
Persentase Penyusutan × Nilai Buku Akhir Periode Sebelumnya
Penyusutan Tahun 1 = 40% × Rp100.000.000
= Rp40.000.000
Penyusutan Tahun 2 = 40% × (Rp100.000.000 – Rp40.000.000)
= 40% × Rp60.000.000
= Rp24.000.000
Penyusutan Tahun 3 = 40% × (Rp60.000.000 – Rp24.000.000)
= 40% × Rp36.000.000
= Rp14.400.000
Jadi, beban penyusutan di tahun pertama aset tersebut adalah Rp40.000.000, di tahun kedua Rp24.000.000, dan di tahun ketiga Rp14.400.000.
Baca juga: Jenis Laporan Keuangan Perusahaan
3. Metode Jumlah Angka Tahun (Sum of The Year Digit Method)
Dalam metode ini, penyusutan dihitung dengan cara mengurangi nilai awal barang dengan nilai sisa (residu), lalu dikalikan dengan faktor tertentu yang didasarkan pada umur aset. Penyusutan akan lebih besar di awal dan semakin kecil setiap tahun.
Contoh kasus: Sebuah aset memiliki harga beli Rp100.000.000, nilai residu Rp10.000.000, dan umur ekonomis 5 tahun.
Maka:
Jumlah Angka Tahun: 1 + 2 + 3 + 4 + 5 = 15
Penyusutan = (Sisa Tahun / Jumlah Angka Tahun) × (Harga Perolehan – Nilai Residu)
Penyusutan Tahun 1 = (5/15) × (Rp100.000.000 – Rp10.000.000)
= (5/15) × Rp90.000.000
= Rp30.000.000
Penyusutan Tahun 2 = (4/15) × Rp90.000.000
= Rp24.000.000
Penyusutan Tahun 3 = (3/15) × Rp90.000.000
= Rp18.000.000
Jadi, beban penyusutan di tahun pertama aset tersebut adalah Rp30.000.000, di tahun kedua Rp24.000.000, dan di tahun ketiga Rp18.000.000.
4. Metode Penyusutan Satuan Jam Kerja (Service Hours Method)
Metode ini menghitung penyusutan aset berdasarkan seberapa banyak aset tersebut digunakan dalam bentuk jam kerja. Jadi, semakin tinggi jam penggunaan aset, semakin besar beban penyusutannya.
Contoh kasus: Sebuah aset dibeli dengan harga Rp100.000.000, nilai residu Rp10.000.000, dan diperkirakan digunakan selama 10.000 jam.
Maka:
Penyusutan per jam = (Harga Perolehan – Nilai Residu) / Total Jam Kerja
= (Rp100.000.000 – Rp10.000.000) / 10.000
= Rp90.000.000 / 10.000
= Rp9.000
Jika aset digunakan selama 2.000 jam kerja, maka:
Total Penyusutan = Rp9.000 × 2.000
= Rp18.000.000
Jadi, total beban penyusutan untuk 2.000 jam kerja aset tersebut adalah Rp18.000.000 per tahun.
5. Metode Penyusutan Satuan Hasil Produksi (Productive Output Method)
Metode ini menghitung penyusutan aset berdasarkan jumlah barang yang dihasilkan. Penyusutan per barang dihitung dengan membagi selisih antara harga beli aset dan nilai sisa dengan total barang yang dihasilkan selama aset digunakan.
Contoh kasus: Sebuah aset dibeli dengan harga Rp100.000.000, nilai residu Rp10.000.000, dan total produksi yang diperkirakan 100.000 unit.
Maka:
Penyusutan per unit = (Harga Perolehan – Nilai Residu) / Total Produksi
= (Rp100.000.000 – Rp10.000.000) / 100.000
= Rp90.000.000 / 100.000
= Rp900
Jika unit yang diproduksi sebanyak 20.000 unit, maka:
Total Penyusutan = Rp900 × 20.000
= Rp18.000.000
Jadi, total beban penyusutan untuk 20.000 unit aset tersebut adalah Rp18.000.000 per tahun.
Itulah penjelasan mengenai metode penyusutan aset tetap yang perlu Anda ketahui. Sebagai kesimpulan, nilai aset tetap rata-rata menurun seiring waktu. Artinya, memilih aset tanpa pertimbangan yang matang dapat membuat perusahaan mengalami kerugian, terutama untuk aset-aset elektronik, seperti laptop yang nilainya cepat menyusut karena perkembangan teknologi yang pesat.
Oleh karena itu, untuk kebutuhan laptop, ada baiknya jika perusahaan mempertimbangkan opsi menyewa laptop di Asani. Dengan menyewa di Asani, perusahaan bisa menghindari kerugian dari penyusutan aset tetap, serta memiliki fleksibilitas dalam memilih atau mengganti model laptop terbaru yang lebih mendukung produktivitas karyawan.
Selain itu, opsi sewa juga memungkinkan perusahaan untuk mengelola anggaran dengan lebih baik tanpa harus melakukan investasi besar di awal. Asani juga memiliki aplikasi MyAsani yang sangat berguna untuk mengelola aset secara gratis. Dengan aplikasi ini, Anda dapat melaporkan dan mengelola aset yang disewa.
Jadi, tunggu apa lagi? Segera cek katalog sewa Asani dan pilih durasi sewa yang paling sesuai dengan kebutuhan perusahaan Anda. Setelah memilih laptop yang ingin disewa, Anda bisa langsung meminta penawaran melalui WhatsApp atau kirim email ke cs@asani.co.id!