Aset merupakan komponen penting dalam akuntansi keuangan perusahaan maupun individu. Sedangkan, nilai aset adalah cerminan nilai ekonomi suatu entitas, seperti properti, peralatan, kendaraan, atau investasi lainnya.
Pemahaman tentang nilai aset dan cara menghitung penyusutannya penting bagi manajemen keuangan yang baik.
Dalam artikel kali ini, kita akan membahas pengertian nilai aset, jenis-jenis, serta cara menghitung penyusutannya. Yuk, simak!
Pengertian Nilai Aset
Nilai aset adalah salah satu komponen penting dalam dunia bisnis dan akuntansi.
Aset merujuk pada sumber daya atau barang perusahaan yang memiliki nilai ekonomi dan diharapkan dapat menghasilkan keuntungan di masa mendatang.
Namun, seiring berjalannya waktu, nilai aset dapat mengalami penurunan atau penyusutan yang dikenal juga sebagai depresiasi.
Depresiasi adalah proses penurunan nilai aset akibat dari penggunaan, keausan, atau faktor lain seperti kondisi pasar.
Penyusutan ini terjadi karena setiap aset memiliki usia ekonomis tertentu, dan selama masa tersebut, nilainya akan berkurang sejalan dengan intensitas penggunaannya.
Dalam operasional perusahaan, depresiasi atau penurunan nilai aset adalah suatu beban yang tercatat dalam laporan laba rugi, sehingga mengurangi keuntungan bersih perusahaan.
Di sisi lain, terdapat pula istilah penyesuaian nilai aset atau revaluasi aset.
Penyesuaian nilai aset adalah proses menilai ulang nilai aset tetap perusahaan karena mengalami perubahan di pasar atau dalam laporan keuangan.
Tujuannya adalah agar perusahaan bisa mendapatkan informasi yang lebih akurat tentang nilai dan kinerjanya.
Jenis-Jenis Aset
Aset dapat dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan berbagai kriteria, di antaranya yaitu:
1. Jenis Aset Berdasarkan Bentuk
Jenis aset berdasarkan bentuk terbagi menjadi 2, di antaranya yaitu:
Aset Berwujud (Tangible Assets)
Aset berwujud adalah aset yang memiliki bentuk fisik nyata serta dapat diobservasi oleh panca indera, contohnya properti, peralatan, dan kendaraan.
Dalam bisnis, aset berwujud cenderung mengalami depresiasi karena nilainya dapat menurun seiring waktu dan penggunaan.
Aset Tidak Berwujud (Intangible Assets)
Aset tidak berwujud adalah aset yang tidak memiliki bentuk fisik dan lebih bersifat abstrak, contohnya hak cipta, paten, merek dagang, serta goodwill.
Aset tidak berwujud juga dapat mengalami depresiasi, tetapi prosesnya mungkin lebih sulit untuk diukur karena sifatnya yang abstrak.
2. Jenis Aset Berdasarkan Konversi
Konvertibilitas atau sifat konversi aset merujuk pada seberapa mudah aset dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya.
Klasifikasi aset berdasarkan sifat konversi ini terbagi menjadi dua kategori, di antaranya yaitu:
Aset likuid atau Aset Lancar
Aset likuid adalah jenis aset yang mudah diubah menjadi bentuk kas atau setara dengan kas.
Aset-aset ini dapat dengan cepat diuangkan dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan mendesak perusahaan.
Contoh dari aset-aset ini antara lain adalah uang tunai, saham, deposito jangka pendek, dan berbagai jenis surat berharga.
Baca juga: Transaksi Bisnis – Pengertian, Bentuk, dan Jenisnya
Aset Tidak Lancar atau Aset Tetap
Aset tetap adalah jenis aset yang sulit diubah menjadi bentuk atau setara dengan kas.
Aset-aset ini cenderung memiliki jangka waktu lebih panjang dan tidak dapat dengan mudah dijual atau diuangkan.
Adapun beberapa contoh dari aset tetap meliputi tanah, bangunan, mesin, dan peralatan.
Sebagai tambahan, meskipun penurunan nilai aset tetap bisa terjadi seiring berjalannya waktu, hal ini tidak berarti bahwa nilai fisik atau manfaat fungsionalnya akan berkurang.
3. Jenis Aset Berdasarkan Fungsi
Jenis aset berdasarkan fungsi terbagi menjadi 2, di antaranya yaitu:
Aset Operasional (Operating Assets)
Operating assets adalah aset yang digunakan secara aktif dalam operasional perusahaan untuk menghasilkan pendapatan.
Contoh operating assets termasuk inventaris, mesin produksi, dan kendaraan operasional.
Aset Non-Operasional (Non-Operating Assets)
Non-operating assets adalah aset yang tidak digunakan dalam operasional perusahaan dan lebih berfungsi sebagai investasi atau cadangan nilai.
Contoh non-operating assets meliputi investasi jangka panjang dan properti tidak terpakai.
Faktor-Faktor Penurunan Nilai Aset
Terdapat sejumlah faktor yang bisa menyebabkan penurunan nilai aset atau depresiasi, di antaranya yaitu:
1. Harga Perolehan
Salah satu faktor penurunan nilai aset adalah harga perolehan.
Harga perolehan dapat didefinisikan sebagai harga awal saat perusahaan membeli aset pertama kali.
Oleh karena itu, harga perolehan ini dapat menjadi dasar untuk menghitung depresiasi atau penurunan nilai aset.
2. Nilai Residu
Nilai residu adalah nilai yang diperkirakan aset tersebut akan memiliki setelah mencapai usia ekonomisnya atau tidak dapat didepresiasi lagi.
Nilai residu ini digunakan dalam beberapa metode perhitungan depresiasi.
3. Estimasi Masa Manfaat
Estimasi masa manfaat adalah perkiraan tentang berapa lama aset dapat terus digunakan atau beroperasi secara efektif.
Estimasi ini akan memengaruhi besarnya biaya penyusutan per tahun.
4. Pola Pemakaian
Faktor lain yang memengaruhi nilai aset adalah pola pemakaian.
Pola pemakaian sendiri adalah bagaimana aset digunakan selama operasional perusahaan, di mana intensitasnya akan memengaruhi besarnya biaya penyusutan.
Cara Menghitung Penurunan Nilai Aset
Dalam perhitungan depresiasi, terdapat istilah estimasi nilai aset. Estimasi nilai aset adalah proses penaksiran atau perhitungan nilai aset pada suatu titik waktu tertentu.
Estimasi ini biasanya dilakukan oleh perusahaan untuk menilai nilai aset dalam neraca keuangan atau pengambilan keputusan investasi, dan penentuan harga jual.
Nah, untuk selengkapnya, berikut ini adalah beberapa cara menghitung depresiasi atau penurunan nilai aset:
1. Straight-Line Method
Salah satu cara menghitung nilai aset adalah dengan menggunakan metode garis lurus atau straight-line method.
Metode straight-line method merupakan cara yang paling sederhana dan sering digunakan dalam akuntansi.
Adapun rumus straight-line method dalam menghitung nilai aset adalah sebagai berikut:
- Perhitungan nilai aset menggunakan nilai residu
(Harga Perolehan ― Nilai Residu) ÷ Umur Ekonomis = Penyusutan
- Perhitungan nilai aset tanpa menggunakan nilai residu
Harga Perolehan ÷ Umur Ekonomis = Penyusutan
Baca juga: Inilah Jenis-jenis Laporan Keuangan di Perusahaan!
2. Double Declining Balance Method
Cara berikutnya dalam menghitung nilai aset adalah metode saldo menurun ganda atau double declining balance method.
Metode ini digunakan untuk menghitung biaya penyusutan pada aset yang cenderung mengalami penurunan performa seiring berjalannya waktu.
Adapun rumus double declining balance method dalam menghitung nilai aset adalah sebagai berikut:
(Harga Perolehan ÷ Umur Ekonomis) × 2 = Penyusutan
3. Units of Production Method
Cara lainnya dalam menghitung nilai aset adalah metode unit produksi atau units of production method.
Metode ini menghitung biaya penyusutan berdasarkan pemakaian aset dalam satuan tertentu, seperti jam atau kilometer.
Adapun rumus units of production method dalam menghitung nilai aset adalah sebagai berikut:
(Harga Perolehan ― Harga Residu) × (Pemakaian ÷ Kapasitas Maksimal) = Penyusutan
4. Sum of Years’ Digits Method
Cara terakhir dalam menghitung nilai aset adalah metode jumlah angka tahun atau sum of years’ digits method.
Metode ini juga digunakan untuk menghitung biaya penyusutan pada aset yang pemakaiannya diprediksi berkurang seiring berjalannya waktu.
Adapun rumus sum of years’ digits method dalam menghitung nilai aset adalah sebagai berikut:
(Harga Perolehan ― Harga Residu) × [(n / (n + (n ― 1) + (n ― 2) + …)] = Penyusutan
Yuk, Kelola Aset Anda Bersama Asani!
Demikianlah sederet informasi seputar pengertian nilai aset, jenis-jenis, faktor yang memengaruhi penurunan, dan cara menghitung depresiasinya.
Kesimpulannya, nilai aset adalah estimasi atau perhitungan berapa banyak sebuah kepemilikan dapat dihargai pada saat tertentu.
Seiring dengan berjalannya waktu, nilai aset dapat mengalami penyusutan akibat berbagai faktor, seperti harga perolehan dan pola pemakaian.
Nah, untuk mengantisipasi hal tersebut, Anda dapat dengan mudah mengelola Aset bersama Asani.
Asani merupakan jasa sewa perangkat IT perusahaan terpercaya, sekaligus partner terbaik perihal manajemen aset.
Ayo, kelola dan lapor masalah aset perusahaan Anda melalui MyAsani sekarang juga!
Baca juga: Fungsi Akuntansi Manajemen dalam Perusahaan