Dalam dunia bisnis, financial leverage adalah cara yang diterapkan suatu perusahaan untuk membeli aset menggunakan uang pinjaman. Salah satu strategi pendanaan ini sejatinya dilakukan dengan harapan keuntungan modal dari aset baru akan melebihi biaya pinjaman.
Namun, perusahaan harus memperhatikan pencatatannya, misalnya dengan membuat cash flow, sebab financial leverage berisiko memperbesar kerugian jika digunakan tanpa perhitungan yang tepat. Lantas, apa itu financial leverage? Simak pembahasannya berikut ini.
Apa itu Financial Leverage?
Pada dasarnya, financial leverage adalah pembelian aset atau pendanaan perusahaan menggunakan utang dengan harapan mendapatkan keuntungan tertentu.
Dengan kata lain, financial leverage adalah hasil dari penggunaan utang sebagai sumber pendanaan ketika perusahaan melakukan investasi untuk meningkatkan basis aset perusahaan.
Jadi, bisa dikatakan bahwa financial leverage adalah strategi investasi dengan menggunakan uang atau modal pinjaman untuk meningkatkan peluang mendapatkan return on asset (ROA).
Biasanya, perusahaan cenderung memilih metode ini karena terdapat kebutuhan perusahaan yang tinggi namun investasi saham di pasar modal tidak cukup untuk menutupi modal yang dibutuhkan.
Umumnya, sumber dana financial leverage adalah pinjaman perbankan melalui kontrak yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut akan melunasi utang tepat pada waktunya.
Tujuan Financial Leverage
Pada dasarnya, setiap perusahaan memiliki tujuan masing-masing dalam pemanfaatan financial leverage. Namun, secara umum, tujuan financial leverage adalah mendapatkan dana tambahan untuk membeli properti atau menjalankan suatu proyek yang memiliki potensi menghasilkan keuntungan melebihi jumlah pinjaman di awal.
Selain itu, fungsi financial leverage adalah sebagai strategi efektif ketika perusahaan hendak meningkatkan nilai pemegang saham. Dapat disimpulkan, poin utama dari financial leverage adalah strategi yang digunakan perusahaan untuk memanfaatkan peluang yang ada untuk mendapatkan return dari sebuah proyek.
Meski demikian, layaknya instrumen investasi lainnya, semakin tinggi nilai financial leverage semakin tinggi pula risiko kerugian yang mungkin dialami.
Oleh karena itu, perusahaan harus mempertimbangkan serta memperhitungkan beberapa hal secara matang, termasuk kondisi perusahaan terkait modal dan utang.
Rumus Financial Leverage
Setelah mengetahui pengertian dan tujuannya, Anda perlu mengetahui empat rasio yang kerap dipakai untuk mengukur financial leverage. Penjelasan mengenai rumus financial leverage adalah sebagai berikut.
1. Debt to Equity Ratio
Rumus financial leverage yang pertama adalah debt to equity ratio. Rumus satu ini digunakan untuk mengetahui proporsi utang terhadap ekuitas perusahaan.
Perlu diketahui, total utang mencakup seluruh kewajiban lancar, yaitu utang yang dibayarkan kurang dari satu tahun, dan utang jangka panjang, yaitu utang yang memasuki masa tenggang lebih dari satu tahun.
Sementara itu, ekuitas perusahaan mewakili ekuitas pemegang saham, yaitu dana yang telah diinvestasikan pemegang saham di perusahaan, diakumulasi dengan jumlah laba ditahan, yaitu jumlah dana yang ditahan perusahaan dari keuntungannya.
Untuk menghitung debt to equity ratio, Anda bisa menggunakan rumus di bawah ini.
DER = Total Utang / Total Ekuitas
Baca juga: Apa itu Payroll? Kenali Manfaat, Cara Kerja, dan Sistemnya
2. Total Debt to Total Assets Ratio
Berikutnya, suatu perusahaan bisa menganalisis leverage dengan mengetahui berapa persen aset yang dibeli menggunakan utang. Dalam hal ini, perusahaan bisa mengurangkan rasio total utang terhadap total aset untuk menemukan rasio ekuitas terhadap aset.
Apabila rasio utang terhadap aset terbilang tinggi, perusahaan bisa mengandalkan leverage untuk mendanai asetnya. Untuk menghitung total debt-to-total-assets ratio, gunakan rumus di bawah ini.
Total Debt-to-Total-Assets Ratio = Total Utang / Total Aset
3. Net Debt to EBITDA Ratio
Rasio net debt to EBITDA (earnings before interest, taxes, depreciation, and amortization) pada financial leverage adalah perhitungan terhadap laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi.
Singkatnya, rasio net debt to EBITDA ini ditujukan bagi perusahaan untuk menentukan kemungkinan gagal bayar dalam mendanai properti atau proyek. Simak rumusnya berikut ini:
Debt to EBITDA = Total Utang / Laba Sebelum Bunga, Pajak, Depresiasi, dan Amortisasi
4. Degree of Financial Leverage (DFL)
Salah satu perhitungan yang tidak kalah penting adalah degree of financial leverage (DFL). DFL dihitung dengan membagi persentase perubahan laba per saham (EPS) dengan persentase perubahan sebelum bunga dan pajak (EBIT) dalam periode tertentu.
Pada dasarnya, tujuan DFL adalah untuk mengetahui seberapa sensitif EPS suatu perusahaan berdasarkan perubahan pendapatan operasional.
Rasio yang lebih tinggi akan menunjukkan tingkat leverage yang lebih tinggi, dan perusahaan dengan DFL yang tinggi kemungkinan besar akan memiliki pendapatan yang lebih fluktuatif. Adapun rumus DFL adalah sebagai berikut.
Tingkat Leverage Finansial = % Perubahan Laba Per Saham / % Perubahan Sebelum Bunga dan Pajak
5. Equity Multiplier
Perlu diketahui, utang tidak serta merta dimasukkan ke dalam rumus equity multiplier. Namun, total utang di sini mencakup total aset dan total ekuitas. Equity multiplier menghitung besaran kepemilikan suatu perusahaan dengan menganalisis bagaimana aset dibiayai.
Bisa dikatakan, perusahaan dengan equity multiplier rendah berarti telah membiayai sebagian besar asetnya dengan ekuitas, yang juga berarti aset tersebut tidak memiliki leverage yang tinggi. Adapun rumus untuk menghitung equity multiplier adalah:
Equity Multiplier = Total Aset / Total Ekuitas
Contoh Financial Leverage
Financial leverage mengacu pada penggunaan dana pinjaman atau utang untuk meningkatkan potensi pengembalian ekuitas pemegang saham.
Penggunaan utang untuk modal perusahaan dapat dihitung dengan beragam rumus sesuai kebutuhan. Kemudian, penjelasan di bawah ini akan menjabarkan contoh perhitungan financial leverage menggunakan rumus debt to equity ratio.
Mari kita lihat contoh perusahaan A:
Perusahaan A memiliki total aset senilai Rp300 juta dan ekuitas sebesar Rp160 juta. Pada suatu hari, perusahaan A ingin melakukan pembelian aset dengan meminjam dana sebesar Rp80 juta.
Dalam hal ini, perusahaan A menggunakan financial leverage dengan meminjam dana sebesar Rp80 juta untuk membiayai ekspansi bisnisnya.
Dapat disimpulkan:
Total utang (jangka pendek dan panjang): Rp80 juta
Ekuitas: Rp160 juta
Maka, rasio hutang terhadap ekuitasnya bisa menggunakan rumus debt to equity ratio, yakni:
DER = Total Utang / Total Ekuitas
DER = Rp80 juta / Rp160 juta = 0,5
Dalam hal ini, rasio hutang terhadap ekuitas adalah 0,5 atau 50%. Ini berarti setiap rupiah ekuitas dihasilkan oleh perusahaan A, terdapat Rp0,5 utang. Rumus ini memberikan gambaran tentang sejauh mana perusahaan menggunakan utang dalam struktur modalnya.
Perlu diingat bahwa tingkat utang sewajarnya dapat bervariasi, tergantung pada industri dan risiko yang dihadapi perusahaan. Perusahaan harus menjaga keseimbangan yang baik antara penggunaan utang dan risiko yang dapat ditanggung.
Baca juga: Inventaris Kantor: Pengertian, Tujuan, & Cara Membuatnya
Risiko Financial Leverage
Setelah mengetahui perhitungan di atas, bisa ditarik kesimpulan bahwa financial leverage adalah salah satu strategi yang menguntungkan.
Walaupun berpotensi mendatangkan keuntungan besar, tidak dapat dipungkiri bahwa strategi ini juga berisiko buruk bagi perusahaan.
Risiko kerugian pada financial leverage akan meningkat bila kondisi perusahaan sedang tidak baik-baik saja, misalnya ketika perusahaan mengalami penurunan pendapatan. Hal ini bisa terjadi sebab perusahaan tidak mampu melunasi utang dan bunga sebelum jatuh tempo.
Kemudian, jika perusahaan pada akhirnya tidak mampu melunasi pinjaman beserta bunganya, hal tersebut bisa mempengaruhi riwayat kredit suatu perusahaan yang bisa menghambat pengajuan pinjaman di masa mendatang.
Maka dari itu, perlu adanya persiapan yang matang serta upaya preventif sebagai pengelolaan risiko secara efektif apabila hendak mempertimbangkan financial leverage.
Keunggulan dan Kelemahan Financial Leverage
Sebagai strategi investasi, tentunya financial leverage memiliki keunggulan dan kelemahan. Penjelasan seputar keunggulan dan kelemahan financial leverage adalah sebagai berikut.
Keunggulan Financial Leverage
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, perusahaan menggunakan financial leverage untuk memperbesar keuntungan. Jika berhasil, perusahaan bisa mendapatkan keuntungan yang jauh lebih besar dari penanaman modal di awal.
Leverage dapat digunakan untuk situasi jangka pendek dan memiliki risiko rendah yang memerlukan modal dalam jumlah besar.
Misalnya, selama akuisisi atau pembelian, perusahaan yang sedang berkembang mungkin memiliki kebutuhan modal jangka pendek yang akan menghasilkan peluang pertumbuhan jangka menengah dan panjang yang kuat.
Daripada menggunakan modal tambahan untuk bertaruh pada usaha yang berisiko, financial leverage memungkinkan perusahaan untuk memanfaatkan peluang pada saat yang tepat.
Kelemahan Financial Leverage
Penggunaan financial leverage dapat menimbulkan risiko kerugian yang jauh lebih tinggi, terkadang mengakibatkan kerugian lebih besar daripada investasi modal awal.
Selain itu, pihak penjual sering kali membebankan biaya, premi, dan tingkat margin. Artinya, jika mengalami kerugian pada prosesnya, Anda masih harus dikenakan biaya tambahan.
Financial leverage juga memiliki risiko penurunan karena bersifat kompleks. Perusahaan harus mengetahui kemampuan finansial mereka dan risiko yang mereka tanggung sebelum melakukan financial leverage.
Perusahaan harus memperhatikan dokumen persyaratan dan kontribusi modal tambahan jika akun perdagangan tidak memiliki jumlah ekuitas yang cukup sesuai dengan ketentuan broker.
Demikian penjelasan mengenai apa itu financial leverage serta tujuan, rumus, contoh hingga keunggulan dan kelemahannya. Dapat disimpulkan, financial leverage adalah penggunaan utang dalam memperoleh penghasilan pemegang saham perusahaan.
Kemudian, keuntungan dari financial leverage adalah bisa digunakan untuk memenuhi berbagai kebutuhan, terutama bagi perusahaan yang hendak mencapai target tertentu.
Perlu Anda ketahui bahwa salah satu cara mencapai keberhasilan dalam investasi dan bisnis adalah melengkapi fasilitas perusahaan untuk meningkatkan produktivitas. Dalam hal ini, Anda bisa percayakan pada Asani untuk urusan perlengkapan perusahaan.
Asani menyediakan jasa sewa perlengkapan IT perusahaan, mulai dari komputer, laptop, monitor, peralatan rapat, dan perlengkapan lainnya yang dapat Anda cek selengkapnya di katalog sewa Asani.
Apabila tertarik, Anda bisa langsung mengajukan penawaran melalui WhatsApp atau email ke cs@asani.co.id sekarang juga!
Di samping itu, Asani juga menyediakan layanan lengkap untuk mengelola aset perusahaan lebih baik melalui IT Asset Management pada MyAsani.
Selain itu, Anda bisa memanfaatkan Helpdesk Support yang terhubung dengan tim Asani secara langsung untuk merespons cepat terkait masalah pengguna.
Tunggu apa lagi? Yuk, sewa peralatan kantor di Asani untuk produktivitas yang lebih baik!
Baca juga: SOP Procurement: Pengertian, Fungsi, dan Contohnya