retur penjualan adalah
610

Dalam transaksi jual beli, retur penjualan adalah hal yang lumrah terjadi ketika terdapat produk atau jasa yang tidak sesuai dengan kesepakatan awal, misalnya barang rusak atau tidak sesuai jumlahnya.

Dengan begitu, jurnal retur penjualan dibutuhkan untuk melakukan pencatatan sesuai kaidah akuntansi keuangan. Lantas, apa pengertian retur penjualan? Agar tidak bingung, mari simak pembahasan mengenai retur penjualan dan contoh penerapannya melalui artikel berikut.

Apa itu Retur Penjualan?

Perlu diketahui, retur penjualan adalah prosedur pengembalian barang yang dilakukan oleh konsumen kepada perusahaan. Bisa dikatakan, retur penjualan adalah penerimaan barang yang sudah dikembalikan oleh konsumen untuk mendapatkan penggantian nantinya.

Pada umumnya, retur penjualan dilakukan sebab terdapat kerusakan atau ketidaksesuaian barang. Biasanya, pihak penjual akan memberikan beberapa opsi pengembalian barang berupa uang, pengurangan kredit, atau potongan harga.

Oleh sebab itu, jurnal retur penjualan adalah catatan yang penting dimiliki suatu perusahaan untuk melakukan perhitungan retur konsumen pada pembukuan. Catatan ini bisa menjadi data atau pegangan yang digunakan sebagai landasan apabila konsumen meminta pengembalian barang di masa mendatang.

Dengan dilakukannya retur penjualan dalam transaksi bisnis, piutang dagang perusahaan kepada pihak pembeli akan berkurang. Dalam pembukuan keuangan, penjual akan menaruh retur penjualan ke kolom debit, dan piutang dagang di sisi kredit.

Jenis Retur Penjualan

Pada pelaksanaannya, retur penjualan dapat dibedakan menjadi 2 jenis berdasarkan metode pembayarannya, yakni retur penjualan tunai dan kredit. Pembahasan mengenai retur penjualan adalah sebagai berikut.

1. Retur Penjualan Tunai

Pertama, jenis retur penjualan adalah berupa penjualan produk secara tunai. Seperti yang telah disinggung sebelumnya, pembeli berhak mengajukan retur jika mendapatkan produk yang tidak sesuai dengan akad jual beli.

Apabila pelanggan membeli produk secara tunai, maka penjual akan menawarkan opsi pengembalian produk berupa uang tunai sesuai dengan nominal transaksi.

2. Retur Penjualan Kredit

Di sisi lain, retur penjualan adalah fasilitas transaksi yang juga dapat dilakukan melalui kredit. Biasanya, retur penjualan kredit dilakukan ketika konsumen belum melunasi pembelian tersebut. Apabila terdapat kerusakan atau ketidaksesuaian barang, pembeli boleh mengembalikannya kepada pihak penjual.

Kemudian, penjual akan mengeluarkan nota kredit kepada konsumen sebagai tanda bahwa telah terjadi retur penjualan dan pengurangan nilai piutang dari konsumen. Dengan begitu, konsumen hanya perlu membayar harga barang yang telah dipotong kerugian atas klaim retur penjualan.

Baca juga: Mengenal COA dan Manfaatnya untuk Laporan Keuangan Usaha

Perbedaan Retur Penjualan dan Retur Pembelian

Masih banyak orang yang keliru dalam penggunaan istilah retur penjualan dan retur pembelian dalam dunia bisnis. Padahal, kedua istilah tersebut memiliki perbedaan yang mendasar, mulai dari pihak yang terlibat hingga prosedur pengembaliannya. Adapun perbedaan retur pembelian dan retur penjualan adalah sebagai berikut.

1. Pihak yang Terlibat

Perbedaan retur penjualan dan retur pembelian yang pertama adalah terkait pihak yang terlibat. Jika dalam retur pembelian melibatkan pemasok atau supplier dan penjual, maka retur penjualan adalah pengembalian yang dilakukan oleh konsumen terakhir (end user) dan penjual.

2. Alasan yang Mendasari Pengembalian

Berikutnya, perbedaan retur penjualan dan retur pembelian adalah alasan yang mendasari pengembalian barang.

Beberapa alasan pembeli pada akhirnya memutuskan untuk melakukan retur penjualan, di antaranya kelebihan kuantitas, keterlambatan pengiriman, hingga ketidaksesuaian dengan harapan pembeli. 

Alasan lain yang membuat pembeli melakukan retur penjualan adalah adanya ketidaksengajaan pembeli memesan produk tambahan. Tidak jarang juga pembeli memesan produk atau barang yang salah dan tidak mereka inginkan. Di samping itu, kerusakan atau cacat pada produk juga bisa mendasari pembeli melakukan retur penjualan.

Sementara itu, retur pembelian bisa saja terjadi dalam transaksi jual beli usaha, di antaranya sebagai berikut.

  • Penjual mendapatkan kuantitas yang melebihi kesepakatan jual beli, sehingga ingin mengembalikan kelebihannya ke pemasok atau supplier.
  • Pembeli terakhir menerima produk yang tidak sesuai dan mungkin berhubungan dengan kekeliruan pemasok, sehingga produk dikembalikan langsung ke pemasok.
  • Penjual salah mengirim barang.
  • Barang tidak sesuai spesifikasi. 

3. Pengaruhnya terhadap Bisnis

Meski lumrah terjadi dan sulit dihindari, retur penjualan dan pembelian memberikan dampak terhadap keberlangsungan bisnis.

Dalam hal ini, dampak retur penjualan adalah berkenaan dengan reputasi toko. Jika pada pelaksanaannya terdapat banyak produk yang dikembalikan, maka ada kecenderungan untuk kehilangan kepercayaan dari konsumen.

Di sisi lain, retur pembelian juga bisa memengaruhi hubungan bisnis yang telah dibangun antara supplier dan perusahaan. Jika retur pembelian terlalu sering dilakukan, supplier mungkin akan ragu untuk bekerja sama lagi dengan perusahaan di masa mendatang.

4. Prosedur Pengembalian

Berbeda dengan retur pembelian, retur penjualan adalah pengembalian barang yang tergolong sederhana dengan prosedur yang relatif mudah. Dalam hal ini, pihak pembeli bisa langsung mendapatkan kompensasi atau pengembalian produk ketika mengajukan retur penjualan.

Di sisi lain, retur pembelian mungkin membutuhkan prosedur pengembalian yang lebih kompleks karena termasuk ke dalam transaksi business-to-business atau B2B, sehingga akan membutuhkan dokumen tertentu. 

Bagaimanapun, prosedur pengembalian harus disusun secara jelas untuk memudahkan konsumen atau pihak terkait yang hendak mengajukan retur. Selain itu, hal ini juga bisa membantu meminimalisasi potensi kerugian serta meningkatkan kepercayaan konsumen yang hendak melakukan transaksi di perusahaan Anda.

Baca juga: Apa itu Metode FIFO? Ini Pengertian, Contoh, & Kelebihannya

Contoh Retur Penjualan

Agar lebih memudahkan Anda dalam membuat pencatatan, Anda perlu mengetahui cara menghitung retur penjualan. Sebagai contoh, penerapan jurnal retur penjualan adalah sebagai berikut.

PT Merpati bergerak di bidang barang eceran, dan ketika menjual barangnya, disebutkan pada fakturnya bahwa barang dapat dikembalikan dalam kurun waktu 30 hari. Perusahaan menghasilkan penjualan sebesar Rp500.000.000 pada Agustus 2019, di mana 60% terjual secara tunai, dan sisanya dijual secara kredit. 

Perusahaan memiliki piutang sebesar Rp300.000.000 dan uang tunai sebesar Rp25.500.000 pada akhir neraca Agustus 2019. Harga pokok penjualan adalah Rp400.000.000, dan Persediaan Penutupan menunjukkan saldo Rp222.000.000.

Kemudian, 5% dari barang yang terjual dikembalikan karena produk cacat. Selanjutnya, perusahaan memperoleh margin kotor sebesar 20% dari penjualan.

Berdasarkan informasi di atas, Anda harus melewati entri jurnal retur penjualan dan perkiraan saldo yang akan tetap berada pada penjualan, piutang, kas, persediaan, dan harga pokok penjualan.

Penyelesaian

Pertama-tama, kita perlu menghitung jumlah retur penjualan, yakni 5% dari penjualan Rp500.000 yang setara dengan Rp25.000.000. Kita akan membuat entri jurnal untuk retur penjualan dengan asumsi rasio 60% dikembalikan secara tunai dan sisanya dalam bentuk piutang.

Oleh karena itu, rekening kas akan dikreditkan sebesar 60% dari Rp25.000.000 yang setara dengan Rp15.000.000. Kemudian, rekening piutang akan dikreditkan sebesar 40% (100 – 60) dari Rp25.000 yang berarti Rp10.000.000.

Selanjutnya, persediaan harus dikurangi sebesar Rp25.000.000 kurang dari margin 20% yakni Rp5.000.000. Maka, kita akan mendapati Rp20.000.000 yang akan menambah persediaan dan menurunkan harga pokok penjualan dengan jumlah yang sama. Berikut adalah tabel entri penjualan yang bisa dibuat.

RincianBesaran
PenjualanRp500.000.000
Retur PenjualanRp25.000.000
Akun KasRp15.000.000
KreditRp10.000.000
Saldo PersediaanRp20.000.000

 

1. Entri Jurnal Retur Penjualan

TanggalAkunDebitKredit
1 SeptPenjualanRp15.000.000
Akun KasRp15.000.000
PenjualanRp10.000.000
Akun PiutangRp10.000

 

2. Harga Pokok Penjualan

TanggalAkunDebitKredit
1 SeptSaldo PersediaanRp20.000.000
HPPRp20.000.000

Demikian pembahasan lengkap seputar retur penjualan, perbedaannya dengan retur pembelian hingga cara menghitung retur penjualan.

Dapat disimpulkan, retur penjualan adalah produk atau jasa yang harus dikirimkan kembali oleh pembeli kepada penjual akibat kesalahan prosedur atau proses produksi.

Oleh sebab itu, pihak penjual perlu melakukan jurnal retur penjualan yang nantinya dimasukkan ke akun piutang usaha.

Selain melakukan pencatatan sesuai kaidah akuntansi, pengadaan fasilitas kantor juga dibutuhkan untuk menunjang keberhasilan bisnis. Berkenaan dengan hal ini, Anda bisa mempertimbangkan sewa peralatan IT di Asani untuk menghemat budget.

Asani merupakan solusi untuk penyewaan perlengkapan elektronik kantor berkualitas, mulai dari komputer, laptop hingga speaker, monitor, dan LCD untuk peralatan rapat. Selengkapnya, Anda bisa mengunjungi katalog sewa Asani dan langsung mengajukan penawaran melalui WhatsApp atau email ke cs@asani.co.id

Tak sampai situ, Asani juga menyediakan layanan MyAsani yang bisa dimanfaatkan untuk membantu Anda mengelola perusahaan, data pengguna hingga aset perusahaan untuk operasional bisnis.

Di sana, Anda dapat memperoleh keutamaan dari fitur Helpdesk Support yakni berupa sesi konsultasi tanpa biaya sepeser pun untuk membantu menyelesaikan berbagai permasalahan IT di perusahaan Anda. Apakah penawaran ini menarik bagi Anda? segera bergabung bersama Asani dan raih peluang bisnis!

Baca juga: Apa itu Markup Pricing? Pelajari Rumus dan Perhitungannya!

Share

Post comment

Product Enquiry