perbedaan amortisasi dan depresiasi
InformasiDiposting: 6 October 2024 | Diperbarui: 8 October 2024
2160

Apa itu amortisasi dan depresiasi? Kedua istilah tersebut tentu tidak asing bagi Anda sebagai praktisi yang aktif bekerja di bidang bisnis ataupun keuangan. Pada dasarnya, amortisasi dan depresiasi sama-sama menunjukkan adanya pengurangan nilai aset perusahaan.

Namun, tidak banyak yang tahu perbedaan amortisasi dan depresiasi dalam dunia akuntansi bisnis. Lantas, apa saja aspek yang membedakan keduanya? Yuk, simak pembahasan di bawah ini untuk mendapatkan jawabannya.

Apa itu Amortisasi dan Depresiasi?

Sebelum mengetahui perbedaan amortisasi dan depresiasi, Anda perlu memahami terlebih dahulu pengertian kedua istilah tersebut. Amortisasi adalah proses penurunan nilai aset tidak berwujud karena berakhirnya waktu atau penggunaan. Amortisasi merupakan sebagai cerminan atas nilai aset perusahaan saat akan kembali dijual. 

Sementara itu, depresiasi adalah penurunan nilai aset tetap berwujud akibat dari durasi pemakaian atau usia. Depresiasi memungkinkan perusahaan dalam rangka mempertahankan dan menghasilkan pendapatan dari aset berwujud untuk periode tertentu.

Perbedaan Amortisasi dan Depresiasi

Walaupun sama-sama mengacu pada efek penyusutan nilai aset perusahaan, namun amortisasi dan depresiasi memiliki konsep yang berbeda. Adapun beberapa aspek yang menjadi perbedaan amortisasi dan depresiasi adalah sebagai berikut.

1. Nilai Sisa

Perbedaan amortisasi dan depresiasi dapat dilihat dari nilai sisanya. Amortisasi menghitung aset perusahaan tidak berwujud yang dianggap tidak bernilai jual setelah masa manfaatnya berakhir. Artinya, perhitungan amortisasi tidak memiliki nilai sisa.

Sementara itu, depresiasi mempertimbangkan dan menentukan aset berwujud setelah penggunaannya. Hal ini dikenal juga sebagai nilai sisa (scrap value). Dengan demikian, nilai sisa tersebut lebih relevan untuk masuk ke dalam perhitungan penyusutan.

2. Metode Perhitungan

Selanjutnya, perbedaan amortisasi dan depresiasi bisa Anda lihat berdasarkan metode perhitungan yang digunakan. Umumnya, amortisasi hampir selalu menggunakan metode basis garis lurus (straight line basis) di mana total beban biaya setiap tahun memiliki nilai yang sama.

Namun, perhitungan amortisasi juga dapat dilakukan menggunakan metode lainnya. Adapun metode tersebut adalah amortisasi balloon payment, negatif, interest only, dan dipercepat. Berikut adalah penjelasannya.

  • Amortisasi Basis Garis Lurus. Biasanya, peminjam akan melakukan pembayaran yang sama selama masa pinjaman berlangsung. Pembayaran tersebut mencakup jumlah pokok dan bunganya. Seiring dengan pembayaran saldo pinjaman, maka jumlah bunga pun akan ikut berkurang.
  • Amortisasi Balloon Payment. Amortisasi ini melibatkan pelunasan dalam jumlah lebih kecil selama masa pinjaman. Kemudian, diikuti dengan pembayaran dalam jumlah yang besar. Hal ini memungkinkan peminjam untuk menjaga pembayaran bulanan lebih rendah.
  • Amortisasi Negatif. Amortisasi ini lebih merujuk pada situasi saat pembayaran yang dilakukan peminjam tidak mencukupi bunga pinjaman. Alhasil, bunga yang belum dibayar akan ditambahkan ke saldo pinjaman.
  • Amortisasi Interest Only. Pada metode ini, peminjam hanya membayar bunga pinjaman selama periode waktu yang sudah disepakati dan kemudian baru membayar pokok pinjamannya. Hal ini dapat menjadi opsi terbaik bagi peminjam yang mengharapkan peningkatan pendapatan di masa depan.
  • Amortisasi Dipercepat. Pada amortisasi ini, peminjam akan membayar cicilan lebih besar dari yang dipersyaratkan agar pelunasan pinjaman menjadi lebih cepat. Alhasil, peminjam bisa menghemat bunga selama masa pinjaman.

Sedangkan, depresiasi secara umum menggunakan basis perhitungan yang dipercepat (accelerated basis method) untuk menentukan nilainya. Alhasil, akan ada lebih banyak penyusutan yang diakui selama periode laporan aset sebelumnya.

Perhitungan depresiasi juga bisa dilakukan dengan metode-metode lain. Adapun metode depresiasi lainnya adalah depresiasi garis lurus, saldo menurun, tahunan, unit produksi, dan saldo menurun ganda. Berikut ini adalah penjelasannya.

  • Depresiasi Garis Lurus. Pada metode ini, penyusutan dipertimbangkan dalam hal rentang waktu dan penggunaan aset. Metode ini termasuk sederhana dan menerapkan jumlah penyusutan yang sama setiap saat nilai asetnya berkurang.
  • Depresiasi Saldo Menurun. Metode ini menurunkan nilai aset pada tingkat lebih tinggi di tahun-tahun awal masa pakainya dan mengurangi tingkat penyusutan dari waktu ke waktu.
  • Depresiasi Tahunan. Pada metode ini, biaya scrap akan diturunkan setiap tahunnya. Artinya, nilai aset akan menurun secara bertahap.
  • Depresiasi Unit Produksi. Metode depresiasi ini akan membagi nilai aset dengan jumlah unit yang bisa diproduksi selama usia manfaatnya.
  • Depresiasi Dipercepat. Metode ini bertujuan untuk meningkatkan kuota tahunan penurunan aset tetap perusahaan sedemikian rupa. Dengan begitu, tahun-tahun masa manfaat dikurangi menjadi sepertiga.
  • Depresiasi Saldo Menurun Ganda. Metode ini merupakan cara perhitungan dipercepat yang menggandakan tingkat depresiasi saldo menurun. Metode ini berguna untuk aset yang kehilangan nilainya di tahun-tahun awal masa kegunaannya.

Baca juga: 5 Cara Menjaga Aset Perusahaan untuk Optimalkan Keuntungan

3. Jenis Aset yang Dihitung

Seperti yang telah diketahui, perbedaan amortisasi dan depresiasi tampak pada jenis aset sebagai objek penilaiannya. Amortisasi berlaku untuk aset tidak berwujud, yaitu aset yang tidak memiliki bentuk fisik, seperti hak sewa, hak cipta, merek dagang, hak paten, dan lain-lain.

Sedangkan, depresiasi berlaku untuk aset perusahaan berwujud, yaitu aset yang mempunyai bentuk fisik dan bisa diamati. Contoh aset-aset yang berwujud adalah kendaraan, bangunan, tanah, mesin produksi, peralatan penunjang kantor, dan lain sebagainya.

4. Tujuan Penyusutan

Perbedaan amortisasi dan depresiasi berikutnya dapat dilihat berdasarkan tujuan penyusutannya. Pada amortisasi, penyusutan nilai digunakan untuk mengapitalisasi biaya aset atau aktiva selama periode waktu tertentu. Sementara itu, penyusutan pada depresiasi digunakan untuk membagi biaya aset atau aktiva selama jangka waktu masa manfaatnya.

Contoh Amortisasi dan Depresiasi

Pemahaman terkait amortisasi dan depresiasi tentu akan lebih mudah dimengerti apabila disertai dengan studi kasus. Berikut ini adalah contoh amortisasi dan depresiasi yang dapat menguatkan gambaran Anda terhadap kedua istilah tersebut beserta perhitungannya.

1. Contoh Amortisasi

PT Semarak Raya berhasil memperoleh hak paten atas penciptaan sebuah software. Adapun besaran harga perolehan hak paten tersebut adalah Rp250.000.000. Hak paten tersebut akan susut dalam jangka waktu 10 tahun. Dengan demikian, berapa besaran amortisasi hak paten tersebut per tahunnya?

Amortisasi per tahun = Harga Perolehan / Usia Manfaat

= Rp250.000.000 / 10

= Rp25.000.000

Jadi, nilai biaya amortisasinya adalah sebesar Rp25.000.000 sebab harus dibagi sesuai dengan penggunaan waktu dari hak paten tersebut. Sebagai catatan, perhitungan amortisasi ini menggunakan metode garis lurus. Selain metode tersebut, Anda pun dapat menghitung nilai amortisasi per tahun dengan metode lainnya bergantung pada studi kasus yang ada.

2. Contoh Depresiasi

Andi membeli sebuah gedung dengan harga Rp210.000.000 dan menjualnya 20 tahun kemudian. Adapun taksiran nilai residunya adalah sebesar Rp10.000.000. Dengan demikian, berapa besaran depresiasi gedung tersebut?

Nilai Penyusutan = (Harga Pendapatan – Nilai Residu) / Usia Manfaat

= (Rp210.000.000 – Rp10.000.000) / 20

= Rp200.000.000 / 20

= Rp10.000

Jadi, nilai penyusutan dari gedung tersebut adalah sebesar Rp10.000. Sebagai catatan, perhitungan tersebut menggunakan metode garis lurus. Namun, Anda juga dapat menghitung penyusutan aset menggunakan metode lainnya.

Baca juga: Apa itu Asset Management System? Ini Tujuan & Manfaatnya

Demikian informasi seputar perbedaan amortisasi dan depresiasi yang perlu Anda ketahui. Pemahaman terkait kedua istilah tersebut sangatlah krusial sebab sama-sama berpengaruh pada penyusutan aset perusahaan setiap tahunnya walaupun konsepnya berbeda.

Agar proses amortisasi dan depresiasi tidak mengalami hambatan, Anda bisa mendukungnya dengan fasilitas kantor yang memadai, salah satunya perangkat IT. Dalam hal ini, Anda dapat menyewa perangkat IT dengan harga yang lebih terjangkau di Asani.

Asani adalah partner paling tepat bagi Anda untuk menyediakan kelengkapan fasilitas kantor. Meskipun harganya terjangkau, tetapi produk dari Asani memiliki kualitas yang telah terjamin. Jika berminat, Anda bisa mengunjungi katalog sewa Asani untuk melihat ragam produknya.

Tidak hanya produk, Asani juga menyediakan fasilitas lengkap berupa aplikasi, yaitu MyAsani. Aplikasi tersebut memiliki banyak fitur canggih yang dapat dimanfaatkan untuk mengelola dan melaporkan aset perusahaan secara tepat. MyAsani sangat direkomendasikan karena free to use dan unlimited user.

Tunggu apa lagi? Segera minta penawaran dengan mengirimkan email ke cs@asani.co.id atau menghubungi WhatsApp kami. Wujudkan proses amortisasi dan depresiasi yang lancar dengan dukungan perangkat IT terbaik dari Asani!

Baca juga: Ketahui 6 Cara Meningkatkan Keuntungan Perusahaan

Share

Post comment

Product Enquiry